Film Losmen Bu Broto merupakan TRISULA88 salah satu karya sinema Indonesia yang mengangkat tema keluarga dengan latar budaya Jawa yang kental. Disutradarai oleh Ifa Isfansyah dan Eddie Cahyono, film ini dirilis pada tahun 2021 sebagai adaptasi dan reinterpretasi dari serial TV legendaris “Losmen” yang populer di era 1980-an. Dibintangi oleh Maudy Koesnaedi, Mathias Muchus, Putri Marino, Baskara Mahendra, dan Maudy Ayunda, Losmen Bu Broto menyuguhkan kisah tentang dinamika sebuah keluarga yang mengelola penginapan tradisional di Yogyakarta.
Menghidupkan Kembali Nilai Tradisional
Sejak menit awal, penonton disambut oleh suasana hangat penginapan yang dikelola Bu Broto (Maudy Koesnaedi) dan Pak Broto (Mathias Muchus). Losmen ini bukan hanya tempat menginap, melainkan juga menjadi simbol nilai-nilai tradisional seperti kesederhanaan, keramahan, dan kekeluargaan. Film ini berhasil menangkap esensi budaya Jawa melalui dialog, gestur, serta detil-detil artistik seperti busana, interior rumah, hingga makanan khas yang disajikan dalam adegan.
Atmosfer kota Yogyakarta yang tenang dan bersahaja memperkuat nuansa tradisional yang menjadi jiwa film ini. Penonton diajak untuk larut dalam kehidupan sehari-hari keluarga Broto yang penuh cinta namun tak luput dari konflik.
Dinamika Keluarga yang Realistis
Kekuatan utama film ini terletak pada penggambaran hubungan antar anggota keluarga yang terasa nyata. Bu Broto, sebagai tokoh sentral, digambarkan sebagai sosok ibu yang disiplin, pekerja keras, namun penuh kasih. Di sisi lain, Pak Broto adalah ayah yang hangat, penyayang, dan menjadi penyeimbang di tengah ketegangan keluarga.
Pasangan ini memiliki tiga anak: Pur (Putri Marino), anak sulung yang bertanggung jawab dan meneruskan tradisi keluarga dalam mengelola losmen; Jeng Sri (Maudy Ayunda), penyanyi yang sedang berjuang mengejar karier; dan Tarjo (Baskara Mahendra), anak bungsu yang masih mencari jati diri. Masing-masing karakter memiliki konflik dan ambisinya sendiri, yang menjadi cerminan dari persoalan keluarga modern.
Pur merasa terjebak dalam rutinitas dan tuntutan keluarga, Jeng Sri mengalami dilema antara karier dan keluarga, sementara Tarjo berjuang membuktikan dirinya. Semua ini menjadi potret realistis tentang bagaimana keluarga harus menavigasi antara tradisi dan perubahan zaman.
Keberhasilan dalam Akting dan Sinematografi
Akting para pemain dalam Losmen Bu Broto patut diacungi jempol. Maudy Koesnaedi memerankan Bu Broto dengan sangat meyakinkan—tenang namun penuh wibawa. Mathias Muchus menampilkan karakter ayah yang lembut namun tegas. Chemistry keluarga ini terasa hangat dan organik, membuat penonton mudah terhubung secara emosional.
Putri Marino tampil kuat sebagai anak sulung yang memikul beban besar, sedangkan Maudy Ayunda memperlihatkan sisi rapuh dan bersemangat dari karakter Jeng Sri. Baskara Mahendra, meski dengan durasi layar lebih sedikit, tetap mencuri perhatian dengan peran Tarjo yang polos namun menyentuh.
Dari sisi teknis, sinematografi film ini digarap dengan apik. Tata cahaya yang lembut, pemilihan warna yang hangat, serta framing yang intim menciptakan suasana nyaman dan bersahabat.
Tradisi vs Modernitas
Salah satu tema sentral Losmen Bu Broto adalah ketegangan antara mempertahankan tradisi dan mengikuti arus modernitas. Ini tergambar jelas dalam konflik internal keluarga. Bu Broto ingin mempertahankan cara lama dalam mengelola losmen, sementara anak-anaknya, khususnya Jeng Sri dan Tarjo, ingin menjelajahi dunia luar.
Losmen Bu Broto bukan hanya sebuah film drama keluarga biasa, melainkan karya yang sarat makna tentang nilai-nilai luhur, pentingnya komunikasi dalam keluarga, serta bagaimana menghadapi perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri. Dengan alur cerita yang mengalir, akting solid, dan sinematografi yang indah, film ini menawarkan pengalaman menonton yang hangat dan reflektif.